Tag Cloud

Pengikut

Archive

Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first - Choose any Month/Year Format

Kamis, 05 November 2009

teori prestasi

skip to main | skip to sidebar

Teori Prestasi McCleland

Teori dorongan berprestasi dikemukakan oelh David McCleland. McCleland adalah seorang ahli psikologi sosial yang memusatkan perhatian pada kepribadian sebagai pendorong utama perubahan. Menurutnya, karena semangat kewiraswastaanlah yang mendorong perkembangan ekonomi, maka tugas teoritisi adalah menerangkan sebab-sebab kemunculan semnagat itu. Semangat itu dicontohkan dalam diri pengusaha yang berlawanan dengan bayangan umum, tidak hanya didorong oleh motif untuk mencari keuntungan, tetapi lebih didorong oleh hasrat kuat untuk berprestasi, untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih baik. Keuntungan hanyalah salah satu diantara beberapa ukuran tentang seberapa bail pekerjaan telah dikerjakan namun keuntungan tidak harus menjadi tujuan itu sendiri.
Tesis dasar McCleland adalah bahwa “masyarakat yang tinggi tingkat kebutuhan untuk berprestasinya, umumnya akan menghasilkan wiraswastaan yang lebih bersemangat dan selanjutnya menghasilkan perkembangan ekonomi yang lebih cepat. Kebutuhan untuk berprestasi yang dilambangkan dengan n-Ach atau need for Achievment adalah salah satu dasar kebutuhan manusia, dan sama dengan motif-motif lainnya, kebutuhan untuk berprestasi ini adalah hasil dari pengalaman sosial sejak kanak-kanak. Jadi, berbagai faktor sosial yang mempengaruhi cara-cara memelihara anak, selanjutnya akan membantu atau merintangi perkembangan pertumbuhan untu berprestasi. Kebutuhan untuk berprestasi ini juga adalah fungsi dari bermacam-mcam bahan bacaan yang disodorkan kepada anak. Bila kebutuhan berprestasi ini sangat berkembang, maka individu akan menunjukan perilaku yang tepat, mewujudkan semangat kewiraswastaan, dan karena itu akan bertindak sedemikian rupa untuk memajukan perkembangan ekonomi.
McCleland menemukan sebuah teknik proyektif untuk mengukur motif orang untuk berprestasi. Pada dasarnya, teknik ini mencoba memastikan sejauh mana pikiran asli orang dapat berubah menjadi ide-ide yang berorientasi kepada prestasi. Sebagai contoh, jika sorang individu menulis sebuah ceritaberdasarkan atas sebuah gambar yang telah ia tunjukkan, maka kita akan dapat menghitung jumlah ide dalam cerita itu yang berhubungan dengan prestasi. Perhitungan sederhana ini dapat kemudian dapat digunakan sebagai skor dari kebutuhan untuk berprestasi, yang mencerminkan dorongan individu itu untuk berprestasi, atau kekuatan motivasinya untuk berprestasi.
Teknik proyektif yang dilukiskan diatas diatas adalah bagian dari perkembangan awal stusi mengenai kebutuhan untuk berprestasi. Dalam upaya menjelajahi lebih baik dalam hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan perkembangan ekonomi, McCleland melakukan tiga jenis riset. Pertama, mencoba menemukan tindakan kelompok untuk menemukan ukuran berprestasi dari kelompok. Kedua, mencoba menemukan ukuran individual dari motif, kepentingan, nilai-nilai, dan pelaksanaannya baik oleh para ibu amupun oleh anak mereka di berbagai negara. Ketiga meneliti perilaku, termasuk motif kegiatan para pengusaha.
Ukuran kelompok didasarkan atas ide bahwa fantasi dapat dilihat didalam kepustakaan ataupun didalam cerita-cerita yang ditulis orang kebanyakan. Cerita-cerita rakyat, buku-buku cerita yang digunakan untuk anak-anak sekolah dasar, dan bacaan imajinatif tentang masa lalu digunakan untuk memberikan skor kebuuhan berprestasi kelompok. Analisis kandungan bahan kepustakaan menghasilkan sejauh mana kepustakaan itu mnecerminkan tingkat motivasi untuk berprestasi; selanjutnya, kepustakaan itu dapat dianggap mempengaruhi anggota masyarakat dan menunjukkan cara berpikir yang “wajar” dalam masyarakat bersangkutan.
Tipe riset kedua yang dilakukan McCleland dipusatkan pada sumber-sumber kebutuhan untuk berprestasi dan pada pengaruhnya di kalangan remaja. Mengapa sebagian remaja mempunyai tingkat kebutuhan berprestasi yang lebih tinggi sedangkan sebagian yang lain sangat rendah? Bagaimana hubungan antara tingkat kebutuhan untuk berprestasi itu dengan minat kejuruan dan pelaksanaannya? Jawabannya dicari dalam kaitannya dengan studi antar bangsa. Di Jepang, jerman, Brazilia dan India, sampel anak-anaknya dites dan ibu mereka diwawancarai (kecuali di India). Para ibu ini diminta pandangan mereka mengenai latihan kejuruan dan latihan bebas. Anak-anak dites dengan dua teknik proyektif : menulis cerita dan menggambar secara spontan. Anak-anak juga ditanyai sehubungan dengan nilai-nilai mereka.
Tipe riset ketiga, menyangkut pengetesan kehidupan para pengusaha untuk memastikan apakah tingkat kebutuhan untuk berprestasi mereka lebih tinggi dan aktivitas kewiraswastaan mereka lebih luas dibandingkan denga orang-orang seumur mereka. Riset ini juga dilakukan antara bangsa, menyangkut para pengusaha dan profrsi lain di AS, Turki, Italia, dan Polandia.
Jelaslah McCleland mencoba mengenali faktor yang tak terbatas hanya pada satu kebudayaan saja. Dalam kenyataannya, mereka menunjukkan, meskipun terdapat perbedaan kebudayaan diantara bangsa-bansgsa itu,juga terdapat kesamaan mendasar dari rakyat disemua masyarakat itu yang bekerja keras menurut ukuran tertentu takkala tingkat motivasi untuk berprestasi mereka tinggi. Soalnya, apakah data yang mendukung perbedaan motif untuk berprestasi itu benar-benar bersumber dari perbedaan kebudayaan? Setelah membandingkan laju pertumbuhan ekonomi berbagai bangsa (berdasarkan peningkatan produksi tenaga listrik) dengan tingkat kebutuhan untuk berprestasi, dan kemudian membuat perbandingan historis antara laju pertuumbuhan ekonomi dan kebutuhan untuk berprestasi yang dikaitkan dengan cerita-cerita dalam kepustakaan bacaan anak-anak, McCleland menyimpulkan bahwa hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi dan pertumbuhan ekonomi itu sangat nyata. Berlimpahnya cerita-cerita yang berorientasi pada prestasi dalam kepustakaan imajinatif zaman modern, berhubungan erat dengan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Kesimpulanini berlaku baik bagi negara Barat maupun negara komunis, baik bagi negara maju maupun negara sedang berkembang di kedua kelompok negara tersebut. Nampaknya tingkat perkembangan, struktur politik maupun faktor lain sejauh yang telah diketahui, tak satupun yang menghalangi hubungan ini. Orang yang tinggi tingkat motivasi untuk berprestasi, bersikap begini: “apa yang mereka inginkan, mereka usahakan untuk mendapatkannya, meskip[un faktor lain dapat mengubah kecepatan mereka dalam mencapainnya.

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia., dan merupakan suatu proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Seorang karyawan mungkin menjalankan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan baik, mungkin pula tidak. Maka dari itu hal tersebut merupakan salah satu tugas dari seorang pimpinan untuk bias memberikan motivasi (dorongan0kepada bawahannya agar bias bekerja sesuai dengan arahan yang diberikan.
Content Theory
Content theory berkaitan dengan beberapa nama seperti Maslow, Mc, Gregor, Herzberg, Atkinson dan McCelland.
1. Teori Hierarki Kebutuhan, menurut maslow didalam diri setiap manusia ada lima jenjang kebutuhan, yaitu:
- faali (fisiologis)
- Keamanan, keselamatan dan perlindungan
- Sosial, kasih saying, rasa dimiliki
- Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi
- Aktualisasi-diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.
Jadi jika seorang pimpinan ingin memotivasi seseorang, menurut maslow, pimpinan perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah bawahan dan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan dia atas tingkat itu.
2. Teori X dan Y , teori yang dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan bahwa dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, pada dasarnya satu negative (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan yang lain positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.
3. Teori Motivasi – Higiene, dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua factor itu dinamakan factor yang membuat orang merasa tidak puas atau factor-faktor motvator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi:
- prestasi (achievement)
- Pengakuan (recognition)
- Tanggung Jawab (responsibility)
- Kemajuan (advancement)
- Pkerjaan itu sendiri ( the work itself)
- Kemungkinan berkembang (the possibility of growth)
4. Teori kebutuhan McClelland, teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan
- prestasi (achievement)
- Kekuasaan (power)
- Afiliasi (pertalian)
5. Teori Harapan – Victor Vroom, teori ini beragumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut. Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan menghantar kesuatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang baik akan mendorong ganjaran-ganjaran organisasional, seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan pribadi karyawan tersebut.
6. Teori Keadilan, teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan, individu bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi
7. Reinforcement theory, Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motive atau proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan dating dalam proses pembelajaran.
Berbagai pandangan tentang motivasi dalam organisasi

1. Model Tradisional, alat motivasi ini didasarkan atas anggapan bahwa para pekerja sebenarnya adalah pemalas dan bisa didorong hanya dengan imbalan keuangan.
2. Model sumber Daya Manusia, para ahli berpendapat bahwa para karyawan sebenernya mempunyai motivasi yang sangat beranweka ragam, bukan hanya motivasi karen auang ataupun keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan emmpunyai artidalam bekerja. Mereka berpendpat bahwa sebagian besar individu sudah mempunyai dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik, dan tidak selalu para karyawan memandang pekerjaan sebagai sesuatu hal yang tidak menyenagkan.


0 komentar:

Posting Komentar

 
 

Designed by: Compartidísimo
Scrapping elements: Deliciouscraps©